Sabtu, 15 Desember 2012

MOTIVASI DAN BELAJAR SISWA



MOTIVASI DAN BELAJAR SISWA



A.    PENDAHULUAN
Salah satu indikator keberhasilan pendidikan secara mikro di tataran pembelajaran level kelas adalah tatkala seorang guru mampu membangun motivasi belajar para siswanya. Jika siswa-siswa itu dapat ditumbuhkan motivasi belajarnya, maka sesulit apapun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang diikutinya niscaya mereka akan menjalaninya dengan “enjoy” dan “pede”.
Tulisan ini mencoba mengangkat apa itu motivasi, belajar, dan pentingnya motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.

B.     PEMBAHASAN
Hakikat Motivasi
Kata motivasi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata motif. Kata ini merupakan kata yang sudah umum untuk menunjuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata ini sering diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, dengan kata lain motivasi dapat juga diartikan dengan daya penggerak.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia[1], motivasi adalah;
1.      Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
2.      Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu, tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.[2] Pengertian ini mengandung tiga elemen penting;
1.      Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.
2.      Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (“feeling”) atau afeksi pada diri seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku siswa (manusia).
3.      Motivasi dapat dirangsang dengan adanya tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri siswa (manusia), tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Dari ketiga elemen di atas, dapat dipahami bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Motivasi ini akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan berkaitan dengan persoalan kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudia bertindak malalukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.
Menurut Thomas M. Risk yang dikutip oleh Zakiyah Daradjat[3] bahwa motivasi adalah usaha yang didasari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri siswa yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar.
Pengertian di atas tidak jauh berbeda dengan pengertian yang diungkapkan oleh M. Ngalim Purwanto,[4] bahwa motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Dari banyak definisi motivasi yang telah diberikan oleh para ahli, dapat ditarik benang merahnya bahwa kesemua definsisi tersebut mengarah pada unsur dorongan dan keinginan. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan faktor pendorong seseorang untuk menggerakkan segala potensi yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi serta meningkatkan semangat sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Dan satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa motivasi ini bisa mengarah pada sesuatu yang positif dan bisa juga mengarah pada sesuatu yang negatif. Oleh karenanya, apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.
Fungsi Motivasi
Menurut Sardiman[5], motivasi memiliki tiga fungsi;
1.      Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.      Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.      Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang peserta didik yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Dalam dunia pendidikan, motivasi dapat dianggap sebagai suatu proses yang mengantarkan peserta didik kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan peserta didik dapat belajar. Sebagai proses, motivasi mempunyai fungsi antara lain :
1.      Memberi semangat dan mengaktifkan peserta didik agar tetap berminat dan siaga.
2.      Memusatkan perhatian anak kepada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar.
3.      Membantu memahami kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.[6]
Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua:
[1]   Motivasi Intrinsik,
Motivasi Intrinsik yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, tanpa ada paksaan atau dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Motivasi intrinsik menekankan bahwa peserta didik yang melakukan suatu usaha tertentu, karena kemauan peserta didik tersebut. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.
Motivasi intrinsik biasanya dapat ditingkatkan dengan banyak cara, salah satunya dengan membuat peserta didik merasa tertarik dan tidak jenuh untuk melakukan proses belajar. Salah satu contohnya bisa dilakukan dengan guru sebagai pembimbing dan pendidika untuk mengajar dengan metode yang bervariasi, menarik, mengambil contoh kehidupan sehari-hari sesuai perkembangan belajar peserta didik. Adanya hal ini, siswa merasa selalu ingin tahu variasi belajar yang akan diberikan selanjutnya. Permainan-permainan seperti games, atau nonton video 17 Agustus, membuat tugas dengan bentuk kliping koran, itu semua dapat memunculkan dorongan belajar dari dalam diri peserta didik, agar peserta didik merasa pelajaran tidak kaku, menyenangkan, dan akan terus mengembangkan kreativitas peserta didik.
[2]   Motivasi Ekstrinsik.
Motivasi Ekstrinsik yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas/sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi). Motivasi jenis ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain dengan berbagai bentuknya, sehingga dengan kondisi tersebut akhirnya individu itu mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya, seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya. Peranan motivasi ekstrinsik ini menjadi penting sebagai penguat dan pendorong.
Peranan Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Menurut Hamzah[7], ada beberapa peranan penting motivasi dalam belajar, antara lain;
1.      Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar.
2.      Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.
3.      Menentukan ragam kembali terhadap rangsangan belajar.
4.      Menentukan ketekunan belajar.
Disamping itu, dalam kegiatan belajar peserta didik, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan menghasilkan prestasi yang baik.
Dengan demikian menumbuhkan motivasi belajar peserta didik adalah sesuatu yang penting karena intensitas motivasi seseorang pesera didik akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Hakikat Belajar
Belajar merupakan suatu istilah yang dalam kehidupan sehari-hari tidak asing lagi bagi semua orang, karena istilah iu sudah sangat dikenal, sehingga hampir tidak ada orang yang berusaha untuk mengartikannya secara pasti.
Ada yang berpendapat bahwa, belajar adalah kegiatan-kegiatan fisik atau badaniah semata, dan ada pula yang mengatakan bahwa belajar itu adalah kegiatan rohaniah (psikis). Pandangan seperti ini adalah pandangan yang kurang tepat, karena belajar itu sesungguhnya adalah semua kegiatan yang dapat merubah organisme yang ada pada diri seorang manusia.
Slameto mengemukakan pendapatnya, bahwa “Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.[8]
Apa yang dikemukakan oleh Slameto tersebut tidak jauh berbeda dengan W.H. Burton yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman, bahwa belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.[9]
Adapun menurut Skinner yang dikutip oleh Muhibin Syah, bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau suatu penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.[10] Sedangkan menurut Witting yang dikutip juga oleh Muhibin Syah,[11] bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Perubahan tingkah laku yang baru akibat belajar tidak hanya menyangkut masalah pengetahuan saja, melainkan termasuk juga masalah kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian dan penyesuaian diri. Dengan kata lain, perubahan tingkah laku akibat belajar mencakup semua aspek organisme atau pribadi seseorang. Karena itu orang yang sudah belajar tidak sama lagi dengan sebelum ia melakukan kegiatan belajar. Sampai manakah perubahan tercapai, atau dengan kata lain berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada banyak faktor.
Adapun faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1.      Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual.
2.      Faktor dari luar individu itu yang disebut dengan faktor sosial.
Yang termasuk faktor individual diantaranya adalah: faktor kematangan/ pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.[12]
Dari beberapa pengertian belajar yang dikemukakan para ahli di atas, maka menjadi lebih jelas bahwa belajar bukan hanya sekedar memperoleh ilmu pengetahuan dari informasi yang diperoleh, akan tetapi belajar merupakan segala sesuatu yang dilakukan dengan sengaja dan melahirkan perubahan-perubahan terhadap semua aspek organisme manusia. Dan bila dikaitkan dengan pendidikan, maka istilah belajar ini adalah key term (kata kunci) yang paling vital dalam usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan.[13]

Motivasi Belajar dan Urgensinya.
Dari paparan di atas, dapat dipahami bahwa motivasi belajar adalah suatu hal yang membuat individu ingin melakukan hal yang ingin dicapai, sesuatu yang membuat individu tersebut tetap ingin melakukannya dan membantu individu dalam menyelesaikan tugas-tugas akademiknya.
Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi berperan amat penting sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan motivasi, seseorang berupaya memusatkan pikiran, perasaan emosional atau segi fisik dan unsur psikisnya kepada sesuatu yang menjadi tumpuan perhatiannya.
Motivasi tersebut dapat menjadi faktor penentu keberhasilan belajar peserta didik. Kecenderungan saat ini, motivasi peserta didik dalam belajar agama masih perlu ditingkatkan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa minat baca, menulis, dan berkarya dalam bidang keagamaan hanya terjadi pada sebagian kecil peserta didik.[14]
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting, karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong peserta didik untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar, seorang peserta didik akan berhasil jika mempunyai motivasi yang bagus untuk belajar.
Dalam memberikan motivasi, seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian peserta didik kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri peserta didik, maka akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pendidik, diantaranya adalah;
a.       Pernyataan penghargaan secara verbal.[15]
b.      Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.[16]
c.       Menimbulkan rasa ingin tahu.[17]
d.      Memunculkan sesuatu yang tidak terduga oleh peserta didik.
e.       Menggunakan materi yang dikenal peserta didik sebagai contoh dalam belajar.
f.       Menggunakan simulasi dan permainan.
g.      Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memperlihatkan kemahirannya di depan umum.
h.      Membuat suasana persaingan[18] yang sehat diantara peserta didik.
i.        Memberikan contoh yang positif, dan lain sebagainya.[19]
Jelaslah sudah pentingnya motivasi belajar bagi siswa. Ibarat seseorang menjalani hidup dan kehidupannya, tanpa dilandasi motivasi maka hanya kehampaanlah yang diterimanya dari hari ke hari. Tapi dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal penggerak utama dalam melakoni dunia ini hingga nyawa seseorang berhenti berdetak. Begitu pula dengan siswa, selama ia menjadi pembelajar selama itu pula membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya.

C.    PENUTUP
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah faktor yang mendorong seseorang (baik intrinsik maupun ekstrinsik), untuk menggerakkan segala potensi yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi serta meningkatkan semangat sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai, baik yang positif maupun negatif.
Adapun belajar pada hakikatnya adalah sebuah proses yang dilakukan dan mengarah pada perubahan yang terjadi pada individu. Seseorang dapat dikatakan belajar bila terjadi perubahan pada dirinya, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Motivasi dalam kegiatan belajar mengajar menjadi sangat penting, karena motivasi tersebut dapat menjadi faktor penentu keberhasilan peserta didik. Oleh karenanya seorang pendidik harus bisa mengerahkan segala kemampuannya untuk membangun motivasi peserta didik agar proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang menyenangkan dan selalu dinanti-nantikan oleh peserta didik.



Daftar Pustaka

B. Uno, Hamzah, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta; Bumi Aksara, 2011

Daradjat, Zakiyah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995

Mulyana, Rohmat, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2004

Poerwadiminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan, 1999

Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993
______________ , Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010

_____________ , Psikologi Belajar, Jakarta: Logos, 1999

_____________ , Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995

Uzer Usman, Moh., Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990



[1] W.J.S. Poerwadiminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan, 1999), h. 666
[2] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2011), h. 74.
[3] Zakiyah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 140
[4] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 71
[5] Sardiman, Op.cit, h. 84-85
[6] Zakiyah Daradjat, Op.cit, h. 141
[7] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta; Bumi Aksara, 2011), h. 27
[8] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta; Rineka Cipta, 2010), h. 2
[9] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990) h. 2
[10] Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 85
[11] Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), h. 61
[12] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2010), h. 102
[13] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2010), h. 93
[14] Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004)
[15] Penghargaan secara verbal ini biasanya dalam bentuk pujian. Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, atau mendapatkan nilai tertinggi, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini menjadi motivasi yang baik, maka pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta dapat membangkitkan harga diri.
[16] Nilai ini biasanya dalam bentuk angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Pada kenyataannya banyak siswa belajar, yang utamanya justru untuk mencapai angkat atau nilai yang baik dan bukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
[17] Setiap peserta didik memiliki rasa ingin tahu, maka guru perlu memotivasi dengan pertanyaan di luar kebiasaan atau tugas yang menantang disertai penguatan bahwa peserta didik pasti mampu melakukannya. Dengan demikian hal tersebut menjadi salah satu cara yang positif untuk memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
[18] Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individu maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak dimanfaatkan dalam dunia industry dan perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
[19] Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta; Bumi Aksara, 2011), h. 34-37

Tidak ada komentar:

Posting Komentar