MOTIVASI
DAN BELAJAR SISWA
A. PENDAHULUAN
Salah
satu indikator keberhasilan pendidikan secara mikro di tataran pembelajaran
level kelas adalah tatkala seorang guru mampu membangun motivasi belajar para
siswanya. Jika siswa-siswa itu dapat ditumbuhkan motivasi belajarnya, maka
sesulit apapun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang diikutinya
niscaya mereka akan menjalaninya dengan “enjoy” dan “pede”.
Tulisan
ini mencoba mengangkat apa itu motivasi, belajar, dan pentingnya motivasi
belajar siswa dalam proses pembelajaran.
B. PEMBAHASAN
Hakikat
Motivasi
Kata
motivasi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata motif. Kata ini merupakan
kata yang sudah umum untuk menunjuk mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata
ini sering diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu, dengan kata lain motivasi dapat juga diartikan dengan daya
penggerak.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia[1],
motivasi adalah;
1. Dorongan
yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu.
2. Usaha-usaha
yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu, tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau
mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Menurut
Mc. Donald dalam Sardiman, motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan.[2]
Pengertian ini mengandung tiga elemen penting;
1. Motivasi
mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia.
2. Motivasi
ditandai dengan munculnya rasa (“feeling”) atau afeksi pada diri
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku siswa (manusia).
3. Motivasi
dapat dirangsang dengan adanya tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri
siswa (manusia), tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh
adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Dari
ketiga elemen di atas, dapat dipahami bahwa motivasi adalah sesuatu yang
kompleks. Motivasi ini akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang
ada pada diri manusia, sehingga akan berkaitan dengan persoalan kejiwaan,
perasaan dan juga emosi, untuk kemudia bertindak malalukan sesuatu. Semua ini
didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.
Menurut
Thomas M. Risk yang dikutip oleh Zakiyah Daradjat[3]
bahwa motivasi adalah usaha yang didasari oleh pihak guru untuk menimbulkan
motif-motif pada diri siswa yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan
belajar.
Pengertian
di atas tidak jauh berbeda dengan pengertian yang diungkapkan oleh M. Ngalim
Purwanto,[4]
bahwa motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan
sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Dari
banyak definisi motivasi yang telah diberikan oleh para ahli, dapat ditarik
benang merahnya bahwa kesemua definsisi tersebut mengarah pada unsur dorongan
dan keinginan. Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan faktor
pendorong seseorang untuk menggerakkan segala potensi yang ada, menciptakan
keinginan yang tinggi serta meningkatkan semangat sehingga tujuan yang
diinginkan dapat tercapai.
Dan
satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa motivasi ini bisa mengarah
pada sesuatu yang positif dan bisa juga mengarah pada sesuatu yang negatif.
Oleh karenanya, apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang
penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada
motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada
motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap
kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.
Fungsi
Motivasi
Menurut
Sardiman[5],
motivasi memiliki tiga fungsi;
1. Mendorong
manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan.
2. Menentukan
arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi
perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang peserta didik yang akan menghadapi
ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan
tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab
tidak serasi dengan tujuan.
Dalam
dunia pendidikan, motivasi dapat dianggap sebagai suatu proses yang
mengantarkan peserta didik kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan peserta
didik dapat belajar. Sebagai proses, motivasi mempunyai fungsi antara lain :
1. Memberi
semangat dan mengaktifkan peserta didik agar tetap berminat dan siaga.
2. Memusatkan
perhatian anak kepada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian
tujuan belajar.
3. Membantu
memahami kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.[6]
Motivasi
dapat diklasifikasikan menjadi dua:
[1] Motivasi
Intrinsik,
Motivasi Intrinsik yaitu motivasi
internal yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, tanpa ada paksaan
atau dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Motivasi intrinsik
menekankan bahwa peserta didik yang melakukan suatu usaha tertentu, karena
kemauan peserta didik tersebut. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh sistem nilai
yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal
melekat pada seseorang. Misalnya anak mau belajar karena ingin memperoleh ilmu
pengetahuan dan ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.
Motivasi intrinsik biasanya dapat ditingkatkan
dengan banyak cara, salah satunya dengan membuat peserta didik merasa tertarik
dan tidak jenuh untuk melakukan proses belajar. Salah satu contohnya bisa
dilakukan dengan guru sebagai pembimbing dan pendidika untuk mengajar dengan
metode yang bervariasi, menarik, mengambil contoh kehidupan sehari-hari sesuai
perkembangan belajar peserta didik. Adanya hal ini, siswa merasa selalu ingin
tahu variasi belajar yang akan diberikan selanjutnya. Permainan-permainan
seperti games, atau nonton video 17 Agustus, membuat tugas dengan bentuk
kliping koran, itu semua dapat memunculkan dorongan belajar dari dalam diri
peserta didik, agar peserta didik merasa pelajaran tidak kaku, menyenangkan,
dan akan terus mengembangkan kreativitas peserta didik.
[2] Motivasi
Ekstrinsik.
Motivasi Ekstrinsik yaitu motivasi
eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi
lingkungan kelas/sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena
merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi). Motivasi jenis ini timbul sebagai akibat pengaruh dari
luar individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain
dengan berbagai bentuknya, sehingga dengan kondisi tersebut akhirnya individu
itu mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya, seseorang mau belajar karena
ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya.
Peranan motivasi ekstrinsik ini menjadi penting sebagai penguat dan pendorong.
Peranan
Motivasi dalam Belajar dan Pembelajaran
Motivasi
pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu,
termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Menurut Hamzah[7],
ada beberapa peranan penting motivasi dalam belajar, antara lain;
1. Menentukan
hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar.
2. Memperjelas
tujuan belajar yang hendak dicapai.
3. Menentukan
ragam kembali terhadap rangsangan belajar.
4. Menentukan
ketekunan belajar.
Disamping
itu, dalam kegiatan belajar peserta didik, motivasi dapat berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan usaha karena
adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil
belajar yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan
terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan
menghasilkan prestasi yang baik.
Dengan
demikian menumbuhkan motivasi belajar peserta didik adalah sesuatu yang penting
karena intensitas motivasi seseorang pesera didik akan sangat menentukan
tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
Hakikat
Belajar
Belajar
merupakan suatu istilah yang dalam kehidupan sehari-hari tidak asing lagi bagi
semua orang, karena istilah iu sudah sangat dikenal, sehingga hampir tidak ada
orang yang berusaha untuk mengartikannya secara pasti.
Ada
yang berpendapat bahwa, belajar adalah kegiatan-kegiatan fisik atau badaniah
semata, dan ada pula yang mengatakan bahwa belajar itu adalah kegiatan rohaniah
(psikis). Pandangan seperti ini adalah pandangan yang kurang tepat, karena
belajar itu sesungguhnya adalah semua kegiatan yang dapat merubah organisme
yang ada pada diri seorang manusia.
Slameto
mengemukakan pendapatnya, bahwa “Belajar ialah suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.[8]
Apa
yang dikemukakan oleh Slameto tersebut tidak jauh berbeda dengan W.H. Burton
yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman, bahwa belajar adalah sebagai perubahan
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan
individu dan individu dengan lingkungannya.[9]
Adapun
menurut Skinner yang dikutip oleh Muhibin Syah, bahwa belajar adalah suatu
proses adaptasi atau suatu penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif.[10]
Sedangkan menurut Witting yang dikutip juga oleh Muhibin Syah,[11]
bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan
tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Perubahan
tingkah laku yang baru akibat belajar tidak hanya menyangkut masalah
pengetahuan saja, melainkan termasuk juga masalah kecakapan, kebiasaan, sikap,
pengertian dan penyesuaian diri. Dengan kata lain, perubahan tingkah laku
akibat belajar mencakup semua aspek organisme atau pribadi seseorang. Karena
itu orang yang sudah belajar tidak sama lagi dengan sebelum ia melakukan
kegiatan belajar. Sampai manakah perubahan tercapai, atau dengan kata lain
berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung kepada banyak faktor.
Adapun
faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu:
1. Faktor
yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual.
2. Faktor
dari luar individu itu yang disebut dengan faktor sosial.
Yang
termasuk faktor individual diantaranya adalah: faktor kematangan/ pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedangkan faktor sosial
antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya,
alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang
tersedia, dan motivasi sosial.[12]
Dari
beberapa pengertian belajar yang dikemukakan para ahli di atas, maka menjadi
lebih jelas bahwa belajar bukan hanya sekedar memperoleh ilmu pengetahuan dari
informasi yang diperoleh, akan tetapi belajar merupakan segala sesuatu yang
dilakukan dengan sengaja dan melahirkan perubahan-perubahan terhadap semua
aspek organisme manusia. Dan bila dikaitkan dengan pendidikan, maka istilah
belajar ini adalah key term (kata kunci) yang paling vital dalam usaha
pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan.[13]
Motivasi
Belajar dan Urgensinya.
Dari
paparan di atas, dapat dipahami bahwa motivasi belajar adalah suatu hal yang
membuat individu ingin melakukan hal yang ingin dicapai, sesuatu yang membuat
individu tersebut tetap ingin melakukannya dan membantu individu dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademiknya.
Dalam
kegiatan pembelajaran, motivasi berperan amat penting sebagai langkah awal yang
akan memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Dengan motivasi, seseorang berupaya
memusatkan pikiran, perasaan emosional atau segi fisik dan unsur psikisnya
kepada sesuatu yang menjadi tumpuan perhatiannya.
Motivasi
tersebut dapat menjadi faktor penentu keberhasilan belajar peserta didik.
Kecenderungan saat ini, motivasi peserta didik dalam belajar agama masih perlu
ditingkatkan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa minat baca, menulis,
dan berkarya dalam bidang keagamaan hanya terjadi pada sebagian kecil peserta
didik.[14]
Motivasi
dalam belajar adalah faktor yang penting, karena hal tersebut merupakan keadaan
yang mendorong peserta didik untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai
motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat
ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar, seorang peserta
didik akan berhasil jika mempunyai motivasi yang bagus untuk belajar.
Dalam
memberikan motivasi, seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang
ada untuk mengarahkan perhatian peserta didik kepada sasaran tertentu. Dengan
adanya dorongan ini dalam diri peserta didik, maka akan timbul inisiatif dengan
alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk memotivasi siswa dalam
pembelajaran, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pendidik, diantaranya
adalah;
a. Pernyataan
penghargaan secara verbal.[15]
b. Menggunakan
nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.[16]
c. Menimbulkan
rasa ingin tahu.[17]
d. Memunculkan
sesuatu yang tidak terduga oleh peserta didik.
e. Menggunakan
materi yang dikenal peserta didik sebagai contoh dalam belajar.
f. Menggunakan
simulasi dan permainan.
g. Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk memperlihatkan kemahirannya di depan
umum.
h. Membuat
suasana persaingan[18]
yang sehat diantara peserta didik.
i.
Memberikan
contoh yang positif, dan lain sebagainya.[19]
Jelaslah
sudah pentingnya motivasi belajar bagi siswa. Ibarat seseorang menjalani hidup
dan kehidupannya, tanpa dilandasi motivasi maka hanya kehampaanlah yang
diterimanya dari hari ke hari. Tapi dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat
dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal penggerak utama dalam
melakoni dunia ini hingga nyawa seseorang berhenti berdetak. Begitu pula dengan
siswa, selama ia menjadi pembelajar selama itu pula membutuhkan motivasi
belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya.
C. PENUTUP
Berdasarkan
paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah faktor yang mendorong
seseorang (baik intrinsik maupun ekstrinsik), untuk menggerakkan segala potensi
yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi serta meningkatkan semangat
sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai, baik yang positif maupun
negatif.
Adapun
belajar pada hakikatnya adalah sebuah proses yang dilakukan dan mengarah pada
perubahan yang terjadi pada individu. Seseorang dapat dikatakan belajar bila
terjadi perubahan pada dirinya, baik secara kognitif, afektif maupun
psikomotorik.
Motivasi
dalam kegiatan belajar mengajar menjadi sangat penting, karena motivasi
tersebut dapat menjadi faktor penentu keberhasilan peserta didik. Oleh
karenanya seorang pendidik harus bisa mengerahkan segala kemampuannya untuk
membangun motivasi peserta didik agar proses belajar mengajar menjadi sesuatu
yang menyenangkan dan selalu dinanti-nantikan oleh peserta didik.
Daftar
Pustaka
B. Uno, Hamzah, Teori Motivasi dan
Pengukurannya, Jakarta; Bumi Aksara, 2011
Daradjat, Zakiyah, Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Mulyana, Rohmat, Mengartikulasikan
Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2004
Poerwadiminta, W.J.S., Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan, 1999
Purwanto, Ngalim, Psikologi
Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993
______________ , Psikologi Pendidikan,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010
Sardiman, Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010
_____________ , Psikologi Belajar,
Jakarta: Logos, 1999
_____________ , Psikologi Pendidikan
Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995
Uzer Usman, Moh., Menjadi Guru
Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990
[1] W.J.S. Poerwadiminta, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dan
Kebudayaan, 1999), h. 666
[2] Sardiman, Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2011), h. 74.
[3] Zakiyah Daradjat, Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 140
[4] M. Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 71
[5] Sardiman, Op.cit,
h. 84-85
[6] Zakiyah Daradjat, Op.cit,
h. 141
[7] Hamzah B. Uno, Teori
Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta; Bumi Aksara, 2011), h. 27
[8] Slameto, Belajar dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta; Rineka Cipta, 2010), h. 2
[9] Moh. Uzer Usman, Menjadi
Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990) h. 2
[10] Muhibin Syah, Psikologi
Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 85
[11] Muhibin Syah, Psikologi
Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), h. 61
[12] Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2010), h. 102
[13] Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung; Remaja Rosdakarya, 2010), h.
93
[14] Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan
Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2004)
[15] Penghargaan secara verbal
ini biasanya dalam bentuk pujian. Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan
tugas dengan baik, atau mendapatkan nilai tertinggi, perlu diberikan pujian.
Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini menjadi
motivasi yang baik, maka pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat
akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta
dapat membangkitkan harga diri.
[16] Nilai ini biasanya dalam
bentuk angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Pada kenyataannya
banyak siswa belajar, yang utamanya justru untuk mencapai angkat atau nilai
yang baik dan bukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
[17] Setiap peserta didik
memiliki rasa ingin tahu, maka guru perlu memotivasi dengan pertanyaan di luar
kebiasaan atau tugas yang menantang disertai penguatan bahwa peserta didik
pasti mampu melakukannya. Dengan demikian hal tersebut menjadi salah satu cara
yang positif untuk memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
[18] Saingan atau kompetisi
dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa.
Persaingan, baik persaingan individu maupun persaingan kelompok dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan ini banyak
dimanfaatkan dalam dunia industry dan perdagangan, tetapi juga sangat baik
digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar siswa.
[19] Hamzah B. Uno, Teori
Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta; Bumi Aksara, 2011), h. 34-37
Tidak ada komentar:
Posting Komentar